No License

Khotbah Kristen: Apa Yang Ditabur Pasti Akan Dituai

Matius 7:7-14
|

Saudara/i yang dikasihi Tuhan,

Dalam pengalaman hidup, telah membuktikan kepada kita bahwa hal tabur tuai sering kita alami dalam kehidupan kita. Alkitab menceriterakan beberapa peristiwa seperti; Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir, Kain yang membunuh adiknya Habel, karena iri hati, Yakub melarikan diri dari rumah orang tuanya karena telah menipu ayahnya. Semuanya ini menggambarkan kepada kita bahwa, apa yang ditabur suatu saat akan dituai. Jika kita menabur yang baik, maka suatu saat kita akan menuai yang baik, jika kita menabur yang jahat suatu saat kita akan menuai hal yang sama, lambat atau cepat pasti hal itu akan terjadi.

Matius 7:7-14
7

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

8

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

9

Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,

10

atau memberi ular, jika ia meminta ikan?

11

Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

12

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

13

Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;

14

karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

Hukum "Tabur-Tuai" adalah sebuah hukum yang dikenal di dalam kekristenan. Hukum ini sudah disuarakan, bahkan dari zaman Perjanjian Lama (sebelum masehi). "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana" (Amsal 22:8a). Atau di dalam Perjanjian Baru, Galatia 6:7 "Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.

Dalam ilmu fisika, ada aksi maka ada reaksi. Dalam ilmu ekonomi, kita mengenal istilah utang dan piutang. Dalam logika kebahasaan, ada sebab dan ada akibat. Segala sesuatu akan berdampak secara normal, dalam hubungan sebab-akibat yang mengikuti kelaziman. Logika sebab-akibat inilah yang biasanya digunakan oleh manusia untuk melakukan setiap tindakan di dalam hidupnya.

Ketika kita menabur benih padi di sawah, kita akan bekerja dengan keras, menjaga tanah dan ketersediaan air, serta menjaga tanaman kita dari berbagai hal yang mungkin akan mengakibatkan gagal panen. Setelah padi mulai tumbuh, kita masih terus bekerja, menghindarkan padi dari hama, gulma, dan binatang-binatang pengganggu. Setelah mendekati masa panen, kita terus bekerja untuk menjaganya, termasuk menjaga dari kemungkinan pencurian. Kita melakukan semua itu karena kita tentunya berharap bahwa pada saatnya nanti, kerja keras kita tersebut membuahkan hasil, yaitu panen padi.

Seorang pekerja akan melakukan pekerjaannya karena ia mengharapkan imbalan yang setimpal. Jika ingin imbalan yang lebih, berarti sang pekerja pun harus bekerja lebih keras. Datang tepat waktu, bekerja sesuai aturan, berpenampilan sesuai tuntutan perusahaan. Jika tidak terlalu menginginkan imbalan, sang pekerja juga bisa memilih untuk tidak bekerja dan menerima risiko pemotongan atau pengurangan upah yang akan diterima, atau bahkan pemberhentian.

Akan tetapi, prinsip hidup kekristenan tidak demikian. Seorang pengikut Kristus, memilih untuk mengikut Kristus, bukan karena mengharapkan imbalan apapun.

Kita adalah anak, Sebagaimana layaknya seorang anak, sejak dilahirkan kita sudah mendapat kasih sayang orang tua. Setiap hari kita dibesarkan dengan kasih sayang dan perhatian. Kita mematuhi perintah orang tua, kita melakukan hal-hal yang menyenangkan hati mereka, bukan karena mengharapkan imbalan, melainkan sebagai bentuk ucapan terima kasih kita atas segala kebaikan, segala kerja keras dan pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk kita. Seberapa keras pun kita berusaha menyenangkan hati orang tua, tidak akan menentukan besaran perhatian dan kasih sayang yang akan mereka berikan kepada kita. Di antara anak dan orang tua juga tidak pernah ada kontrak yang mengatur tentang hal itu.

Berbeda dengan prinsip "Tabur-Tuai,1| prinsip "Tuai-Tabur" lahir dari sebuah kesadaran bahwa hidup ini adalah anugerah. Prinsip ini tidak menekankan pada hasil, melainkan pada alasan.

Kita wajib menabur hal-hal yang baik karena kita menyadari bahwa kita telah terlebih dahulu menerima kebaikan berupa kehidupan, kesempatan, dan penebusan. lbarat utang, kebaikan yang sudah kita terima tersebut haruslah kita bayar tentunya dengan kebaikan juga bagaimanapun caranya. Kita tidak punya pilihan untuk berkata iya atau tidak. Kita tidak punya kesempatan untuk bersantai dan memilih untuk tidak bekerja.

Semua perbuatan baik adalah wujud nyata dari "Hidup baru" yang telah kita terima dari Tuhan. Karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita marilah kita berbuat yang terbaik kepada semua orang terutama kepada Tuhan. Amin

Posting Komentar

Posting Komentar